<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://draft.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6054923247078731910\x26blogName\x3dMAPALA+HUMENDALA\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://humendala.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://humendala.blogspot.com/\x26vt\x3d-3048275863699765493', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
GALLERY
MAPALA HUMENDALA on Facebook

MAPALA HUMENDALA UNRI TANAM 500 POHON

Senin, 25 Mei 2009


Semangat untuk menjadikan, lingkungan kampus yang lebih indah, nyaman, dan asri, Rabu (22/04), pasukan Mahasiswa Pencipta Alam (Mapala) Humendala Fakultas Ekonomi Universitas Riau (Unri) menggelar penghijauan, dengan menanam 500 batang pohon, di halaman kawasan kampus Fakultas Ekonomi Unri.

Acara ini dibuka dan diresmikan langsung oleh Dekan Fakultas Ekonomi, Drs Kennedy MM Ak, pada acara serimonial Penghijauan Mapala Humendala di Gedung Yudisium Fakultas Ekonomi Unri.

Kegiatan ini, turut dihadiri juga oleh dosen-dosen Fakultas Ekonomi, beserta staf-staf pembantu dekan Fakultas Ekonomi Unri. Selain itu, dihadiri juga tamu-tamu undangan dari Lembaga Semi Otonom (LSO) Fakultas Ekonomi, dan seluruh anggota pengurus Mapala Humendala Unri.

Kepada Xpresi, kepala rumah tangga Mapala Humendala, Fauzan, mengatakan, acara ini, digelar sebagai bentuk aspirasi memperingati Hari Bumi Sedunia, pada 22 April yang lalu.

“Iya, kegiatan ini wujud dari, peringatan Hari Bumi Sedunia tanggal 22 April kemarin. Selain itu, juga sekaligus dalam rangka pemagangan anggota tunas mapala menjadi anggota inti di Mapala Humendala,” ungkap Fauzan Selain itu, Pembantu Dekan I, Dr H B Isyandi SE MS, juga mengungkapkan perasaan senang terhadap kegiatan yang digelar oleh Mapala Humendala ini.

“Senang sekali, ada kegiatan seperti ini. Bermanfaat dan akan terciptanya nuansa kampus yang intelektual dan asri dari lingkungan kampus ini. Semoga lebih memotivasi mahasiswa, untuk menambah rasa kecintaan terhadap lingkungan sekitar,” ungkap Isyandi.(Melda CCMD).

Sumber: Xpresi Riau Pos


Author: HERMANN » Comments:

PEMANASAN GLOBAL AKAN DUA KALI LEBIH PARAH DARI PREDIKSI

Dampak pemanasan global abad ini bisa jadi dua kali lebih parah daripada perkiraan enam tahun lalu, demikian laporan beberapa ahli pekan ini.

Temperatur rata-rata permukaan dapat naik 9,3 derajat fahrenheit (5,2 derajat celsius) sampai 2100, kata beberapa ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Bandingkan dengan studi pada 2003 yang memproyeksikan temperatur rata-rata naik 4,3 derajat F (2,4 derajat celsius).

Studi baru tersebut, yang disiarkan di dalam Journal of Climate, American Meteorogical Society's, menyatakan, perbedaan dalam proyeksi itu ditimbulkan oleh contoh ekonomi yang meningkat dan data ekonomi yang lebih baru dibandingkan dengan skenario sebelumnya.

Peringatan sebelumnya mengenai perubahan iklim juga mungkin telah diselimuti oleh dampak pendinginan global berbagai gunung berapi Abad XX dan oleh buangan jelaga yang dapat menambah pemanasan.

Guna mencapai keputusan mereka, tim MIT itu menggunakan simulasi komputer yang memperhitungkan kegiatan ekonomi dunia serta proses iklim.

Semua proyek tersebut menunjukkan bahwa tanpa tindakan cepat dan besar-besaran, peringatan dramatis itu akan terjadi pada abad ini.

Hasil itu kelihatan jauh lebih parah jika tak ada yang dilakukan guna memerangi perubahan iklim, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya. Namun, terjadi lebih sedikit perubahan jika kebijakan kuat diberlakukan sekarang guna mengurangi buangan gas rumah kaca.

salah satu penulis studi tersebut Ronadl Prinn, "Ada resiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang kami perkiraan sebelumnya. Ini ini meningkatkan mendesaknya dilakukannya tindakan darurat."

Studi itu disiarkan saat Presiden AS Barack Obama mengumumkan rencana penetapan standar buangan nasional buat mobil dan truk guna mengurangi polusi pemanasan global dan sistem perdagangan karbon untuk memangkas gas rumah kaca yang dibahas di Komite
Perdagangan dan Energi Senat.

Sumber: Media Indonesia


Author: HERMANN » Comments:

Tahun 2040: 2.000 Pulau di Indonesia akan Tenggelam

Rabu, 20 Mei 2009

global_warming.jpg

Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah suatu masalah yang perlu kita risaukan. “Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?” barangkali begitulah Anda berpikir.

Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) mempublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan! Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 – 0,30 C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan.Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.

yellowsand.jpg

Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17 C per tahun. Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 C per tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung Jayawijaya di Papua.

Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.

Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara. Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaan laut bumi – termasuk laut di seputar Indonesia – terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai.

it-could-happen-tomorrow-on-the-weather-channel.jpg

Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas/inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.

Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%), dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan. Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca.
Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim. Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau.

Menurut perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal. Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin panasnya udara Jakarta .Itulah sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga warga dunia. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih.

global-warming-is-happening-to.jpg

Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk anak-anak kita nanti.

Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi :
  1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
  2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
  3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
  4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
  5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dan lain-lain).
  6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
  7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
  8. emur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
  9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
  10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
  11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
  12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.
Sumber : musadiqmarhaban.wordpress.com

Author: Mikal » Comments:

Pemerintah Baru Harus Laksanakan Mandat Lingkungan

Pemerintah baru setelah pemilihan presiden selesai harus menjalankan seluruh mandat yang telah dikerjakan oleh pemerintah sebelumnya, khususnya di bidang lingkungan.

Pakar ekonomi dan lingkungan Emil Salim menyatakan hal itu di sela-sela workshop mitigasi, adaptasi menghadapi perubahan iklim yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi di Jakarta, Selasa (19/5).

Beberapa mandat lingkungan yang dimaksud diantaranya adalah Bali Road Map hasil keputusan Konferensi Para pihak ke-13 UNFCCC di Bali, akhir Desember 2007 dan Deklarasi Manado hasil dari rangkaian pertemuan World Ocean Conference (WOC) yang baru saja berakhir. "Sekarang tinggal pelaksanaannya. Pemerintahan yang baru nanti harus melaksanakan seluruh prakarsa itu," tegas Emil.

Dua keputusan ini juga telah mengikatkan Indonesia dengan dunia internasional. Untuk itu Indonesia tidak boleh berpangku tangan atau menganggap keputusan itu hanya sekedar keputusan belaka. Emil menegaskan pula Indonesia juga harus bisa beradaptasi dalam menghadapi perubahan iklim. Terlebih Indonesia ikut pula meratifikasi Protokol Kyoto yang intinya agar setiap negara wajib menurunkan emisi karbon sampai 20% pada 2012.

Walaupun Indonesia bukan negara industri seperti halnya India, China, Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, kewajiban menurunkan emisi karbon pada 2012 adalah kewajiban.

Untuk itu lanjut Emil, masyarakat harus kreatif menciptakan teknologi ramah lingkungan untuk menghadapi perubahan iklim. Dia mencontohkan di dunia transportasi harus dirintis kendaraan yang menggunakan tenaga hybrid, dan mengurangi energi fosil. Mobil listrik adalah mobil masa depan yang harus sudah bisa diterapkan di masyarakat.

Demikian pula di sektor industri, pabrik-pabrik harus mulai mengurangi menggunakan bahan bakar minyak.

"Contohnya Indocement sudah menggunakan sampah sebagai pengganti solar. Selain sampah berkurang, karbondioksida yang dihasilkan solar juga berkurang. Teknologi semacam inilah yang harus terus dikembangkan," jelasnya.

Sumber : Media Indonesia


Author: HERMANN » Comments:

SERATUS JUTA WARGA PESISIR AKAN KEHILANGAN PENDAPATAN

Rabu, 13 Mei 2009

Seratus juta penduduk dunia yang tinggal di kawasan pesisir pantai terancam tiga lagi memiliki penghasilan jika segitiga koral tidak terpelihara. Pasalnya suplai pangan ke pesisir akan berkurang 80% apabila ekosistem tersebut lenyap pada akhir abad ini.

Hal itu diterhaksn Ove Hoegh-Guldberg profesor dari Universitas Queensland dalam laporannya Coral Triangle and Climate Change: Ecosystems, People, and Societies at Risk, dan merangkum 300 publikasi serta karya 20 pakar biologi, ekonomi, dan perikanan di World Ocean Conference di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (13/5).

Ove menyebutkan segitiga koral di kawasan yang hanya satu persen dari luas dunia menyimpan sepertiga koleksi terumbu karang dunia. Lebih dari 35% spesies ikan karang meletakkan telurnya di sana, misalnya tuna. Adapun jumlah spesies karang terbanyak berkumpul di tanjung kepala burung Papua yang merupakan rumah 574 spesies atau setara dengan empat kali jumlah spesies Samudra Atlantik. "Puluhan juta manusia akan dipaksa pindah dari desa pesisir," jelas Ove.

Di tengah kemiskinan yang meningkat, ketahanan pangan jatuh, dan ekonomi melemah, penghuni pesisir akan terdesak untuk pindah ke perkotaan. Kesulitan berlipat saat isu perubahan iklim ikut menambah ancaman kerusakan di segitiga koral.

"Padahal dalam skenario normal saja penduduk akan kehilangan karang, bergulat dengan kenaikan air laut, peningkatan aktivitas badai, kekeringan, dan menyusutnya stok pangan dari perikanan," jelasnya.

Sumber: Media Indonesia


Author: HERMANN » Comments:

KURANGI MAKAN DAGING ATASI PEMANASAN GLOBAL


Masyarakat perkotaan dan pedesaan dapat berpartisipasi mengatasi pemanasan global dengan cara mengurangi makan daging.

"Kurangi makan daging, karena dengan mengurangi makan daging berarti mengurangi peternakan," kata praktisi pemanasan global dari Supreme Master Television, Kontribusi Jakarta, Murniati Kamarga sebelum pelaksanaan seminar 'Global Warming Mengancam Keselamatan Planet Bumi', di Cirebon, Selasa (12/5). Menurut dia, peternakan sapi, kambing, kerbau, domba maupun unggas sangat berperan dalam pemanasan global. Dengan mengurangi makan daging, yang berarti pula mengurangi peternakan, maka akan berdampak kepada lahan untuk dihijaukan yang berfungsi sebagai hutan.

Di pihak lain, pemanasan global bisa dikurangi dengan menggalakkan pola pemupukan organik yang diyakini bisa memperkaya oksigen. Selain itu, bisa menjadi orang tidak makan daging sama sekali (vegetarian) berarti secara individu telah ikut mengurangi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, katanya. Vegetarian sangat dianjurkan guna mengurangi pemanasan global. Vegetarian, disamping menjaga kesehatan tubuh, juga berarti mengurani konsumsi daging, tambahnya.

Oleh karena tujuan seminar itu untuk memberi pengertian pada masyarakat seluas-luasnya, maka pesertanya terdiri dari kalangan pelajar, guru, organisasi pemdua dan organisasi wanita yang berjumlah sekitar 300 orang. Semua masyarakat terkena dampak pemanasan global, baik di perkoataan maupun di pedesaan. "Karena itu, semua perlu berpartisipasi untuk menguranginya," katanya.

Sumber: Media Indonesia


Author: HERMANN » Comments:

PERUBAHAN IKLIM TIMBULKAN 70 JENIS BADAI

Selasa, 12 Mei 2009

Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengatakan, sebanyak 70 jenis badai terjadi saat ini akibat perubahan iklim secara ekstrim yang terus melanda dunia.

Catatan ilmuwan terhadap jenis badai itu, merupakan fenomena alam yang tidak bisa dicegah lagi akibat perubahan iklim, kata Numberi, di sela-sela pembukaan International Ocean Science, Teknologi dan Industry di Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/5).

Padahal sekitar 20 tahun lalu, hanya ada 20 jenis badai yang sempat dicatat ilmuwan, dan merupakan peningkatan terbesar dalam kurun waktu beberapa tahun.

Perubahan iklim cukup memberikan pengaruh luar biasa bagi kehidupan manusia, sehingga ancaman yang sebagian besar dari laut perlu dipikirkan langkah antisipatif secara optimal.

Menurutnya, kehadiran International Ocean Science, Teknologi dan Industry, yang merupakan bagian dari "side event" dari World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, 11-15 Mei 2009, sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Menteri mengharapkan pameran International Ocean Science, Teknologi dan Industry, bisa memberikan masukan terbaik dalam membicarakan perubahan iklim dan pemanasan global. Bahkan, katanya, ada temuan teknologi yang memantau perubahan iklim di dunia,
serta menjadi pembelajaran bagi masyarakat.

Sumber: Media Indonesia


Author: HERMANN » Comments:

Perbankan Harus Jadi Inisiator Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selasa, 05 Mei 2009

NUSA DUA - Eskploitasi sumber daya alam yang berlebihan untuk menggerakan perekonomian akan menyebakan terjadinya kerusakan lingkungan yang dalam jangka panjang akan memicu kemiskinan lebih besar. Karenanya perbankan nasional harus menjadi inisiator bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang berwawasan lingkungan.
Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Thomas Arifin di sela-sela pertemuan tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan, perbankan sebagai institusi pembiayaan dapat meningkatkan perannya dalam pembangunan berwawasan lingkungan, melalui dukungan pembiayaan ke proyek-proyek berwawasan lingkungan, seperti pemanfaatan sumber energi alternatif.

"Selain itu perbankan juga bisa memasukkan kriteria pengelolaan lingkungan atas proyek-proyek yang dibiayainya," lanjut Thomas, Senin (4/5/2009).

Dalam pandangannya, perbankan nasional saat ini masih menitikberatkan aspek komersial sebagai dasar pemberian kredit. Sementara perusahaan di Indonesia juga masih berpandangan bahwa pengelolaan lingkungan merupakan beban usaha. Padahal pengelolaan lingkungan yang baik justru akan menurunkan risiko usaha akibat kerawanan sosial dan menjadi investasi jangka panjang. Dalam kaitannya dengan upaya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, Bank Mandiri telah menjalin kerja sama pembiayaan untuk proyek-proyek yang ramah lingkungan dari Agence Franaise de Dveloppement (AFD). AFD merupakan lembaga keuangan pemerintah Prancis yang memiliki fokus pembiyaaan pada proyek-proyek untuk peningkatan efisiensi energi. Thomas menjelaskan, dalam kerja sama tersebut, Bank Mandiri memperoleh long term funding senilai US100 juta yang diperuntukan bagi pembiayaan proyek-proyek bernilai maksimal USD15 juta, yang dinilai memenuhi persyaratan AFD, yaitu ramah lingkungan.

Selain dari AFD, Bank Mandiri juga memperoleh dukungan pembiayaan sejenis dari Asian Development Bank (ADB). Seperti dikutip dari situs ADB, Bank Mandiri mendapatkan dukungan pembiayaan hingga USD300 juta karena dinilai telah memenuhi kriteria yang ditetapkan ADB, yakni memenuhi persyaratan dalam kebijakan lingkungan ADB, antara lain sistem manajemen lingkungan dan sosial dan memasukkan aspek dampak sosial dan lingkungan dalam setiap proyek yang dibiayai. Dalam situs ADB juga disebutkan bahwa Bank Mandiri adalah bank pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memperoleh fasilitas pinjaman dari ADB.

Mengomentari pemberian fasilitas tersebut, Thomas mengatakan Bank Mandiri akan menggunakan pembiayaan dari kedua institusi tersebut untuk mendorong investasi di sektor usaha yang berbasis pengeloolaan lingkungan hidup. "Berdasarkan laporan ADB, Indonesia merupakan negara di kawasan Asia Tenggara, yang paling rentan terhadap dampak pemanasan global akibat kerusakan lingkungan. Hal ini yang menjadi titik kepedulian Bank Mandiri," kata Thomas.

Sumber : Okezone.com

Author: Mikal » Comments:

CLIMATE CHANGE WORRIES INVESTORS IN COASTAL AREAS

Jumat, 01 Mei 2009

Investors were shocked over the much-debated climate change-induced sea level rise as it would significantly decrease investment for business activities along coastal line.

“Frankly speaking, we are shocked after learning the impact of climate change and it brings uncertain business risks,” director of PT Pembangunan Jaya Ancol Budi Karya Sumadi told seminar on ocean and climate change on Thursday.

He admitted that the impact of the sea level rise could be diminished by using high-technology.

“But, there should be significant increase in investment to procure such technology,” he said.

He added that the sea level rise, flood, coastal abrasion and heat waves were among the most risky environmental disasters on business activities along coastal areas.

The State Ministry of Environment earlier predicted Ancol, Tanjung Priok and Pantai Indah Kapuk would permanently disappear in 2050 due to the climate chance.

Source: The Jakarta Post


Author: HERMANN » Comments: